Header Ads

test

Rumah Tangga Nabi SAW dan Khadijah Penuh Berkah


Oleh: Hamzah Afifi

Pernikahan antara Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah binti Khuwailid di luar dugaan orang, terutama pihak keluarga Quraisy pada umumnya. Tidak seorang pun menyangka bahwa kedua orang itu akan bertemu dan menikah.

Saat itu, Muhammad SAW muda adalah seorang pemuda miskin, yatim piatu dan menjadi buruh penggembala kambing, juga tidak pernah kenal mata uang. Sejak umur delapan sampai duapuluh lima tahun hanya sebagai seorang pemuda yang terkenal jujur dan berbudi luhur.

Khadijah adalah seorang perempuan ternama dan kaya raya yang telah menjanda dua kali. Selama menjadi janda telah berulang kali dipinang oleh beberapa orang dari bangsawan Quraisy, tetapi selalu ditolaknya. Usia Khadijah lima belas tahun lebih tua dari Muhammad SAW. Tetapi Allah SWT telah menakdirkan bahwa kedua orang itu harus bertemu dan menikah.

Setelah hari pernikahannya dengan Khadijah selesai, Muhammad SAW pindah dari pamannya, Abu Thalib, ke rumah istrinya, untuk memulai lembaran baru, hidup berumah tangga, menjadi suami dan akan menjadi ayah.

Keadaan rumah tangga Muhammad SAW ketika itu jauh berbeda dengan rumah tangga orang-orang Arab Quraisy. Pribadi Nabi SAW dalam pergaulan sehari-hari dengan istrinya menunjukan cinta kasih. Hal ini tidak biasa terjadi di kalangan bangsa Arab Quraisy pada masa itu, yang suka merendahkan dan menghinakan seorang istri. Dan istrinya, Khadijah, demikian juga halnya.

Dalam urusan mata pencarian kala itu, hanya memberi bantuan dan menolong istrinya, ikut mengurus perniagaan istrinya. Pada waktu itu Khadijah, selalu memperhatikan benar akan segala gerak-gerik dan perangai suaminya.

Beliau, sekalipun menjadi suami seorang wanita hartawati besar, tetapi cara hidup beliau sederhana seperti bisanya, tidak suka kemewahan. Makanan dan minumannya sangat sederhana dan tidak banyak.

Demikian pula dalam soal berpakaian sangat sederhana. Khadijah sangat memperhatikan dan suka menolong kehidupan orang-orang dari golongan kaum lemah, fakir miskin serta para janda sengsara, yang pada umumnya tidak begitu diperhatikan oleh para bangsawan, hartawan bangsa Quraisy waktu itu.

Kekayaan Khadijah ketika itu bertambah besar karena perniagaanya bertambah maju dan keuntungan yang diperoleh bertambah banyak. Kekayaannya digunakan untuk menolong orang yang kekurangan. Akibat kepemimpinan Nabi SAW yang selalu perhatian kepada golongan kaum lemah dan sengsara, rumah tangga

Khadijah menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang mengharapkan pertolongan seperti para janda yang menderita, para anak yatim piatu yang menderita lapar, dan orang-orang yang kekurangan.

Setiap hari, mereka datang berduyun-duyun ke rumah Khadijah yang dikepalai oleh Nabi SAW untuk meminta bantuan dan mengharapkan pertolongan. Khadijah dengan tulus dan ikhlas, menyampaikan harta kekayaannya kepada suami yang dicintainya itu guna diberikan kepada siapa pun yang datang mengharapkan bantuan dan pertolongan. Demikian keadaan rumah tangga Nabi SAW dan Khadijah yang penuh keberkahan.


Tidak ada komentar