Header Ads

test

Wahai Wanita, Sayangi Generasi Rabbani

Oleh: Olivia Zahra *)

Siang hari, saat sedang menanti dimulainya latihan teater. Saya duduk berteduh di sebuah bangku, di bawah pohon rindang. Dalam hitungan puluhan hari, Ramadhan 1442 Hijriyah akan datang. Sembari termenung, saya mengamati pohon yang menaungi saya dari terik matahari ini.

Hmmm..pohonnya rindang sekali. Daunnya hijau segar. Rasanya mata ini fresh memandangnya. Pertanyaan menggelitik mampir di benakku, mengapa daun berwarna hijau ya? Mengapa tidak hitam, orange, merah, kuning atau biru? Bahkan mungkin pink yang lebih imut? Kenapa hijau yang dipilih untuk warna daun? Mengapa?
 
Allah SWT memang Maha Adil. Warna hijau memiliki senyawa yang dapat menyerap dan memantulkan sinar matahari secara transparan. Sehingga sinar matahari dapat tembus ke bagian bawah. Hewan dan tumbuhan yang lebih kecil seperti semut dan lumut dapat merasakan hangatnya sinar matahari.

Dan ternyata, warna hijau juga sangat baik untuk mata. Bayangkan, bagaimana jadinya jika seluruh dedaunan di muka bumi ini berwarna orange, merah, kuning, biru atau pink. Hitam apalagi. Subhanallah.
 
Semua yang diciptakan Allah SWT di muka bumi ini tidak sia-sia. Semua saling melengkapi. Tentu saja, jika ada kutub positif, ada juga kutub negatif. Seperti halnya daun yang berwarna hijau, Allah SWT menciptakan wanita untuk melengkapi pria di muka bumi ini. Wanita dengan sifatnya yang dapat menyerap dan memantulkan hangatnya kasih sayang.
 
Namun, dimana cinta dan kasih sayang? Sebut saja Martinah, bukan nama sebenarnya. Seorang ibu rumah tangga yang ‘khilaf’ membunuh 3 orang anaknya dan dirinya mati bunuh diri karena rasa takut. Takut akan kekurangan uang untuk dapat menghidupi dan membesarkan anak-anaknya. Lalu ada Haryekti, bukan nama sebenarnya, seorang pekerja seks komersil, mengambil jalan pintas, mencari nafkah dengan menjual tubuhnya.

Haryekti takut. Takut tidak dapat survive pada kesulitan ekonomi, takut karena tidak ada cinta dalam hidupnya. Lalu, ada juga Sulastri, yang juga bukan nama sebenarnya. Seorang remaja yang over dosis karena narkoba. Sulastri takut karena tidak ada rasa aman dari orangtuanya. Sehingga dia mencari kasih sayang dari pria hidung belang. Ia mencari kebahagian. Kebahagiaan yang semu. Akibatnya, dia over dosis dan hamil di luar nikah.
 
Masih banyak kisah lainnya di luar sana yang serupa. Sungguh hal demikian bukanlah fitrah seorang wanita. Wahai wanita, tak sadarkah kalian dalam perut kalian ada rahim? Rahim artinya penyayang, salah satu sifat Allah SWT. Maka sudah fitrahnya, seorang wanita sebagai makhluk penyayang. Subhanallah.

Allah SWT meninggikan derajat para wanita. Juga memberi satu bab khusus untuk membahas wanita dalam Al-Qur'an, surah An-Nisa. Nabi Muhammad SAW juga menyebut hingga tiga kali ketika ditanya siapa yang harus dihormati? Ibumu...ibumu...ibumu. Wahai wanita, ada apa gerangan yang merisaukan hatimu?
 
Saat peradaban mulai redup dan renta seperti sekarang, maka peran wanita dituntut untuk mencetak generasi yang memiliki moral dan etika yang baik. Seperti pepatah, “Jika ingin lihat generasi suatu negara, maka lihatlah dari kaum wanitanya”. Berapa persen wanita yang benar-benar mempersiapkan dirinya untuk melahirkan seorang manusia ke muka bumi ini? Mulailah dari hal-hal yang kecil.

Seperti memberi gizi yang cukup bagi tubuh, agar rahim untuk “rumah sementara” bagi janin pun berkualitas baik. Saat kehamilan memasuki lima bulan, rajin untuk memberi rangsangan, seperti memperdengarkan lantunan ayat Al-Qur’an pada janin yang sedang dikandung.

Lalu, ada rangsang sentuhan, rangsang cahaya. Rangsangan tersebut dilakukan agar janin yang dikandung, pertumbuhannya lebih optimal. Dan saat anak sudah dilahirkan, maka didiklah dengan sabar dan penuh ikhlas.

Memiliki seorang anak adalah suatu peristiwa yang bukan saja menyenangkan bagi seorang wanita di dunia ini, tapi juga merupakan peristiwa yang pasti akan merubah keadaan bagi wanita dan orang-orang di sekitar mereka yang mengalaminya. Itulah keluarga.

Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama tertinggi, dimana mereka hidup, berkembang dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga inilah seorang anak mendapat pengalaman, kebiasaan, etika, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan.

Keluarga inilah seorang anak mendapat asuhan dari kedua orangtuanya menuju ke arah perkembangan yang lebih baik. Tingkat pendidikan orangtua berpengaruh pada pola pikir dan orientasi pendidikan anak. Semakin tinggi pendidikan orangtua, akan melengkapi pola pikir dalam mendidik anaknya.
 
Kehangatan kasih sayang dalam keluarga diharapkan dapat mewujudkan suasana nyaman bagi anak. Menjadi seorang sahabat bagi anak, tanpa menghilangkan wibawa sebagai orangtua, memberikan teladan yang baik, sehingga anak pun tidak canggung dan sungkan untuk mencurahkan isi hatinya, dengan tetap menghormati kita sebagai orang tua.

Bangkitlah para wanita, karena disinilah peran wanita sebagai ibu diharapkan aktif terhadap perkembangan anak-anaknya, demi mencetak generasi yang unggul, generasi rabbani.

Jangan takut karena akan banyak pekerjaan rumah yang masih harus dibenahi. Terus perbaiki diri ini, perkaya dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Terus berjuang demi generasi Islam yang lebih baik. Kepakkan sayap penyayangmu di muka bumi ini. Mekarkan cinta dengan keajaiban sentuhanmu. Salam sayang.

*) Olivia Zahra (nama pena)


Tidak ada komentar